Jumat, 25 Juni 2010

Cikampek







Cikampek merupakan sebuah kecamatan di Kabupaten Karawang, dengan luas wilayaj 47,6 km2 dan jumlah penduduk 99.427 jiwa, sehingga kepadatan penduduk mencapai 2.089 jiwa/km2. Cikampek berada di dataran rendah, di bawah 100 m dpl.  Terdapat wacana yang makin menguat untuk pembentukan Kabupaten Cikampek, meliputi beberapa kecamatan di Karawang bagian timur.

Cikampek adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kecamatan Cikampek telah dimekarkan menjadi tiga kecamatan yaitu :

1. Cikampek

2. Purwasari

3. Kotabaru.

Cikampek merupakan kota kecil yang dilalui jalur strategis Pantura dari Jakarta menuju Jawa Tengah dan Jawa Timur. Di Cikampek pula terdapat persimpangan rel kereta api antara Jakarta-Bandung dan Jakarta-Cirebon. Setiap mendekati hari raya lebaran, Cikampek selalu menjadi langganan di layar kaca. Kemacetan arus mudik di pintu tol Kopo menjadi barometer padatnya arus lalu lintas di Pantura.

Cikampek memiliki 4 buah pasar yang berada dalam satu lingkungan dan sebuah terminal, yang sebelum dibangun Jalan Tol Cikampek-Jakarta adalah terminal tersibuk di Jawa Barat, karena merupakan persimpangan Jakarta-Bandung dan Jakarta-Cirebon. Tetapi sejak jalan tol dibangun secara berangsur-angsur fungsi terminal Cikampek berkurang. Saat ini terminal Cikampek hanya berfungsi sebagai tempat ngetem Angkutan Kota dan sedikit Bis Antarkota-Antarprovinsi yang melayani Jakarta-Cikampek dan Cikampek-Tasikmalaya.

Bila menjelang Lebaran, jalur Cikampek-Pamanukan adalah jalur macet di Pantura karena berakhirnya pintu tol di Cikopo sehingga memaksa kendaraan roda empat keluar dari tol dan memasuki jalan dalam kota Cikampek. Di luar suasana Lebaran pun kesemerawutan Cikampek dengan para pedagang kaki-lima, tukang becak, tukang ojek dan angkutan kota sangat kentara sehari-hari, ditambah lagi dengan adanya dua pintu perlintasan kereta api Jakarta-Bandung dan Jakarta-Cirebon.

Perekonomian warga Cikampek sebagian besar adalah pedagang dan karyawan pabrik. Setidaknya ada 2 Kawasan Industri besar di wilayah ini yaitu Kota Bukit Indah dan Indotaisei. Di samping itu ada beberapa kawasan yang juga dipakai sebagai arena industrialisasi, seperti Kawasan Industri Kujang Cikampek (KIKC) yang berada didalam area PT. Pupuk Kujang (Persero)- sebuah BUMN produsen pupuk urea.

Di Cikampek pada tahun 2006 telah pula dioperasikan Depo BBM Pertamina untuk melayani konsumen di daerah timur Jakarta seperti Kabupaten Bekasi, Karawang, Purwakarta, Indramayu dan Cirebon.

Saat ini tumbuh banyak warnet di daerah Cikampek, dan yang paling terkenal adalah Warnet Red Point yang terletak di Jl. Jurusan Parakan, Sukamanah Cikampek Barat. Konsentrasi warnet terbanyak adalah di daerah Jl. Ir. Juanda.

Peremajaan pasar-pasar di Cikampek mulai tahun 2010 membuat pasar tradisional yang terkesan sumpek menjadi semakin modern.


Sumber:

http://id.wikipedia.org/wiki/Cikampek,_Karawang


Sumber Gambar:

http://zonabusana.files.wordpress.com/2008/07/peta1.gif

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/c/c6/Locator_kabupaten_karawang.png

http://www.indoflyer.net/forum/tm.asp?m=400364

http://www.detiknews.com/read/2009/09/18/133332/1206448/10/pintu-keluar-tol-cikampek-macet-panjang

http://nortbird.wordpress.com/2008/07/23/peninjauan-pabrik-dan-temu-alumni-menwa-yon-iitb/dscf2620_fs/




Peta Cikampek


View Larger Map




Membangun Mini Rotterdam Di Pantai Cilamaya

Rotterdam
Cilamaya

Berdasarkan dokumen yang dibuat pemerintah Belanda, daerah pantai sebelah utara Karawang, Cilamaya, disejajarkan dengan Rotterdam, suatu kota yang terkenal dengan pelabuhannya. Sebetulnya, rencana pembangunan Pelabuhan Cilamaya itu sudah muncul sejak masa penjajahan Belanda.

Tahun 2006, wacana membangun pelabuhan bertaraf internasional itu menjadi agenda pembangunan jangka panjang Pemprov Jabar. Hal ini dilatarbelakangi lalu lintas perdagangan jalur laut Jabar hanya mengandalkan Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Jika pelabuhan Cilamaya dibangun, diharapkan devisa bisa lebih banyak berputar di Jabar.

Tahun 2007 Konsorsium Komunitas Eropa, PT Eurocorr Indonesia melirik pelabuhan ikan Cilamaya untuk dijadikan pelabuhan internasional. Mereka berencana mengembangkan Pelabuhan Cilamaya menjadi Mini Rotterdam (pelabuhan laut standar negara-negara di Eropa). Melalui perusahaan itu, investor Eropa berniat memodali pembangunan infrastruktur pelabuhan itu. Setelah bermitra dengan salah satu perusahaan dari Belanda, DETEC NV, keduanya telah menyelesaikan studi kelayakan (FS) pada tahun 2008.

Didalamnya disebutkan bahwa kapasitas Tanjung Priok sudah tidak bisa mengimbangi permintaannya. Hingga saat ini, permintaan di Tanjung Priok sebesar 6 juta twenty-foot equivalent unit (TEU/satuan untuk kontainer) per harinya sementara kapasitas yang dimiliki hanya empat juta TEU. Sedangkan dengan adanya Pelabuhan Cilamaya, bisa membantu pemenuhan permintaan sekitar dua juta TEU per hari.

Kepala Badan Perencanaan Daerah (Bapeda) Jabar Denny Juanda membenarkan bahwa rencana pembangunan Pelabuhan Cilamaya merupakan rencana lama yang diangkat kembali. "Namun ada penyesuaian di mana pembangunan tidak begitu saja mengikuti master plan. Tetapi lebih terencana dan terdistribusi sesuai potensi lokal," katanya ketika ditemui di kantornya pekan lalu.

Dikatakan, saat ini progres pembangunan baru selesai tahap FS. Selanjutnya, pembangunan pelabuhan yang diperkirakan membutuhkan alokasi dana 723.525.000 euro (ekuivalen Rp 10.791.829.748.700, 1 euro=Rp 14.915,00) ini akan memasuki tahap tender investasi kepada swasta.

"Pelabuhan Cilamaya adalah salah satu projek non-APBD dan APBN sehingga akan diserahkan kepada investor yang diprediksikan peminatnya akan banyak. Kami harap akhir 2009 tender sudah bisa dilakukan, sehingga tahun 2011 pembangunan bisa dimulai," tutur Denny.

Karena pembangunannya murni dilakukan investor, Denny mengatakan, kerja sama dengan Pemkab Karawang hanya dalam hal sharing perizinan serta pengendalian lahan. "Sebagai akses masuk ke pelabuhan, akan disiapkan gate khusus menuju pelabuhan dari tol Cikampek-Karawang Barat sepanjang kira-kira 15-20 km," katanya.

Disinggung mengenai akan terjadinya alih fungsi lahan dalam proses pembangunan Pelabuhan Cilamaya, Denny menegaskan hal tersebut tidak boleh terjadi. "Prioritas kami adalah tetap mempertahankan lahan hijau khususnya persawahan di Karawang yang merupakan lumbung padi Jabar. Akan dipikirkan teknologi-teknologi pembangunan untuk mengatasinya. Salah satunya dengan membangun elevated road di atas areal persawahan," ungkapnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Perhubungan Jabar Dodi Cahyadi yang dihubungi terpisah menjelaskan hingga tender bagi investor dibuka masih banyak tahap yang harus dijalankan. Mulai dari pengajuan penetapan lokasi dari Dephub untuk kemudian diterbitkan SK menteri hingga pembuatan master plan secara detail dalam detail engineering design (DED). "Yang paling utama adalah pembebasan lahan. Karena sering kali investor hanya mau membangun konstruksi dan investasi jadi tugas pembebasan lahan harus dilakukan pemerintah. Namun sampai sekarang belum ada pembicaraan sharing pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten tentang pembebasan lahan ini," katanya.

Dodi juga mengaku bahwa berdirinya pelabuhan Cilamaya akan memberikan dukungan bersar terhadap industri dan perekonomian Jabar. "Jadi bukannya akan membawa masalah baru tapi justru menyelesaikan masalah. Seperti akhir-akhir ini banyak pengusaha yang mengeluh terhambatnya akses menuju Tanjung Priok karena kemacetan. Dan menurut undang-undang yang baru, pelabuhan bisa dikelola siapa saja termasuk swasta dan bahkan operator asing," ujarnya. (Eva Fahas/"PR")***


Sumber:

Harian Pikiran Rakyat, Senin 13 April 2009, dalam :

http://www.ahmadheryawan.com/lintas-jabar/budaya-pariwisata/2960-membangun-mini-rotterdam-di-pantai-cilamaya.html

Sumber Gambar:

http://www.europeancitiesmarketing.com/finder/Organisers/City.aspx?cityName=Rotterdam&ctyID=85

http://www.karawanginfo.com/?p=562




Situ Kamojing Cikampek


Situ (Danau) Kamojing merupakan sebuah danau buatan yang berfungsi sebagai sarana irigasi untuk pendistribusian air ke sawah-sawah petani. Situ Kamojing terletak di Desa Kamojing Kec. Cikampek atau ± 8 Km dari gerbang tol Cikampek, keluar dari gerbang tol Cikampek belok kiri jalan terus setelah ± 10 m belok kiri lagi selanjutnya ikuti jalur jalan yang ada. Situ kamojing memiliki luas 62 HA dengan luas yang diairi 12,5 HA. Elevasi air diwaktu banjir bisa mencapai + 49,50, diwaktu normal + 48,60, dan diwaktu minimum + 44,50.

Di sebelah timur Situ kamojing terhampar luas hamparan hijau persawahan milik para petani dan rimbunnya hutan percobaan Cikampek yang memiliki koleksi berbagai macam jenis pohon dari berbagai Negara.

Setiap sore hari biasanya orang-orang dari seluruh penjuru Kota Cikampek banyak yang datang kesini sekedar buat bersantai atau memancing sambil menghabiskan waktu hingga senja tiba. Situ Kamojing memang tempat yang pas buat kita melepas penat setelah seharian bergulat dengan pekerjaan, karena itu banyak para pekerja selalu meluangkan waktunya dikala pulang bekerja datang ke Situ Kamojing untuk melepas kepenatannya.

Situ kamojing memiliki dua pintu air yang terletak di sebelah kiri dan kanannya yang berfungsi untuk mengatur debit air dan mendistribusikan airnya kesawah-sawah petani.


Sumber :

http://dampal.tripod.com/pariwisata.html


Sumber Gambar:

http://dampal.tripod.com/pariwisata.html



Situ Kamojing Ditanami Padi


Menjadi Kebiasaan Petani Ketika Situ Mengering

Para petani yang tidak memiliki lahan untuk ditanami mulai memanfaatkan Situ Kamojing di Desa Kamojing Kec. Cikampek Kab. Karawang yang mengering. Mereka tidak menghiraukan papan penampang yang melarang memanfaatkan lahan tersebut. Namun, saat air mulai terisi lagi, para petani tersebut berhenti menanam.

Salah satu petani asal Kampung Kamojing Desa Kamojing, Neni (40) mengakui sudah menjadi kebiasaan para petani yang tidak memiliki lahan untuk memanfaatkan lahan Situ Kamojing saat mengering tiap tahunnya. Neni sendiri tidak mengetahui luas lahan yang dia gunakan untuk bersawah. "Soalnya kami berbagi dengan petani lainnya," ujarnya, Senin (10/8).

Tahun ini, diakui Neni, para petani terlambat sebulan memanfaatkan Situ Kamojing. Pada tahun-tahun sebelumnya, petani mulai menanam padi di awal Juni. Menurut Neni, keterlambatan itu dikarenakan Situ Kamojing belum benar-benar mengering. Selain itu, para petani masih sibuk dengan aktivitas memanen di lahan garapan lainnya.

Wastim (45), petani lainnya mengatakan bahwa pihak pengawas situ tidak pernah menegur para petani yang memanfaatkan lahan di Situ Kamojing. Ia menanam padi di lahan tersebut selama musim kemarau karena pada musim hujan, situ akan penuh menampung air hujan. Tahun lalu, Wastim menanam padi selama satu musim panen. Menurut dia, hasilnya cukup memuaskan. "Saya dapat sekitar dua kuintal," katanya.

Sementara itu, Camat Cikampek Rochuyun A. Santosa mengatakan bahwa sudah menjadi kebiasaan para petani memanfaatkan lahan yang basah untuk ditanami padi. Pihak pengawas pun tidak pernah melarang.

Rochuyun menyebutkan pemanfaatan itu hanya pada lahan yang basah yaitu di bagian tengah situ karena pada bagian pinggiran situ sudah mengering. Dengan demikian, lahan yang dimanfaatkan tidak mencakup keseluruhan luas situ yang mencapai 62 hektare.

Gagal panen

Sementara itu, sejumlah petani palawija di Desa Cinta Asih Kec. Pangkalan Kab. Karawang terutama yang menanam kacang tanah mengalami gagal panen. Pasalnya volume air yang mengairi lahan mereka, dinilai petani tidak mencukupi sehingga tanaman tidak tumbuh. Sedikitnya 15 hektare yang mengalami gagal panen.

Aman (45), salah seorang petani palawija mengaku lahan seluas empat hektare yang ditanaminya dengan tanaman kacang tanah tidak tumbuh. Akibat dari gagal panen tersebut, Aman mengalami kerugian hingga Rp 10.000.000,00.

Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab. Karawang, Nachrowi M. Nur, mengatakan bahwa sangat sulit bagi petani tadah hujan untuk memaksakan menanam padi pada musim ini. Hal itu dikarenakan keseluruhan sawah tadah hujan yang luasnya mencapai 1.800 hektare itu mengandalkan aliran Sungai Cigentis sebagai sumber airnya. (A-153)***


Sumber:

Harian Pikiran Rakyat, Selasa 11 Agustus 2009, dalam :

http://www.ahmadheryawan.com/lintas-kabupaten-kota/kabupaten-karawang/6405-situ-kamojing-ditanami-padi.html

Sumber Gambar:

http://dampal.tripod.com/pariwisata.html




Cikaranggelem Tercemar Limbah


Airnya Berubah-ubah Warna

Sejak beberapa tahun terakhir, Sungai Cikaranggelam dari hulu sungai di Kecamatan Cikampek dan bermuara di Kecamatan Cilamaya Wetan, kualitas airnya memburuk. Warnanya yang semula jernih, kini berubah-ubah. Kadang berwarna cokelat dan di lain waktu menjadi putih seperti susu. Secara sepintas, diduga telah terjadi pencemaran di situ.

Kepala Seksi Tarum Perusahaan Jasa Tirta II Alazar menuturkan, memang di hulu Sungai Cikaranggelam yang terletak di Kec. Cikampek terdapat enam perusahaan industri, yaitu PT KNOF, PT Mega Rahayu, PT Asiatek, PT Keramik, PT Pupuk Kujang Cikampek, dan PT Pulau Intan. Tak jauh dari sana pun terdapat Kawasan Industri Kujang Cikampek (KIKC).

"Untuk saluran pembuangan sisa pengolahan limbah cair yang dibuang ke Cikaranggelam, kami tidak memiliki data karena pihak perusahaan tidak meminta izin kepada kami," katanya, Rabu (12/8).

Sungai Cikaranggelam dikategorikan sebagai sungai alam yang bisa dimanfaatkan untuk kesejahteraan dan kepentingan warga. "Sungai itu juga bisa digunakan para petani mengairi sawah atau ladangnya," ujar Alazar.

Saat ini, para petani di Kampung Maja Desa Karangsinum Kecamatan Tirtamulya memilih tidak memanfaatkan aliran Sungai Cikaranggelam untuk mengairi areal persawahan. Petani lebih memilih menggunakan aliran Sungai Tarum Barat. Alasannya, seperti dijelaskan salah seorang petani setempat, Sanusi (34), kualitas air Cikaranggelam sudah tercemar limbah.

"Secara kasat mata saja air sungai itu sudah dipastikan telah tercemar. Tanaman tidak akan tumbuh subur menggunakan air tersebut. Yang ada sebaliknya, mati menguning," kata Sanusi.

Hal itu dibenarkan petani lainnya, Ujang (45), yang bahkan mengatakan tidak pernah menggunakan air tersebut untuk kepentingan apa pun, seperti mencuci tangan, memandikan kerbau, atau yang lain. "Gatal jika kena kulit," kata Ujang, Senin (10/8).

Khawatir meresap

Kondisi sungai yang memburuk membuat masyarakat Kec. Tirtamulya, merasa khawatir karena dampaknya meresap ke tanah sekitar.

"Sebagian besar warga menggunakan air sumur untuk dikonsumsi sehari-hari. Kami takut tercemarnya Sungai Cikaranggelam dapat mencemari air tanah yang biasa dikonsumsi warga," kata Ujang.

"Dampaknya tidak akan terasa saat ini juga. Namun, sepuluh tahun lagi, rembesan air Sungai Cikaranggelam yang tercemar itu bisa saja mencemari air tanah yang kemudian dikonsumsi masyarakat," kata Kusnadi, mantan Ketua BPD Dawuan Tengah.

Sementara itu, salah satu perusahaan yang terletak di hulu sungai Cikaranggelam, PT Pupuk Kujang Cikampek mengaku memiliki saluran pembuangan sisa pengolahan limbah di Sungai Cikaranggelam. Namun, Kepala Bagian Humas Drs. H. Arifin menegaskan, pihaknya memiliki instalasi pengolahan air limbah (IPAL) bertaraf internasional dan sudah bersertifikat ISO pada tahun 1999 silam.

Arifin juga mengatakan, PT PKC selalu melakukan cek kadar mutu air sisa pengolahan limbah sebanyak dua kali dalam satu hari. Itu dilakukan untuk mengurangi risiko adanya kerusakan alat pengolahan limbah.

"Kami memiliki bagian lingkungan hidup di PT PKC," kata Arifin seraya mengatakan dalam satu jam, PT PKC menggelontorkan air ke Sungai Cikaranggelam sebanyak 200 meter kubik.

Ditemui di tempat terpisah, Kepala Bidang Pelestarian Lingkungan, Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPLH) Kab. Karawang Syahdan Husein mengungkapkan, semua sungai yang ada di Kab. Karawang sudah tercemar. "Sungai-sungai itu dicemari pembuangan limbah cair seperti Sungai Citarum, Cibeet, dan Cikaranggelam. BPLH Kab. Karawang mengeluarkan sekitar tujuh puluh izin untuk membuang limbah cair yang telah diolah," kata Syahdan, belum lama ini. (JU-10)***


Sumber:

Harian Pikiran Rakyat, Minggu 16 Agustus 2009, dalam :

http://www.ahmadheryawan.com/lintas-kabupaten-kota/kabupaten-karawang/6563-cikaranggelem-tercemar-limbah.html


Sumber Gambar:

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhw3jMi9iuywmWq21gCpJmNXbuTrE6PBiT9tZ7nc2sT8Xt1WXXc_02VAuDIZQmis2fNY5l_KsyizU7_DBsoS01J8Aqgsjhz80iGr8sh3yXkKEGjxeNfbHM55pGTPVCZOb4DrpfKet9YhEzG/s1600/DIBAWAH+HL+(psn).jpg

Kamis, 24 Juni 2010

Jawa Barat Percepat Pelabuhan Cilamaya

Pemerintah Jawa Barat akan mempercepat pembangunan Pelabuhan Internasional Cilamaya di Karawang. "Ada sejumlah pertemuan informal yang kami lakukan untuk itu" kata Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan di Bandung, Kamis (29/4).

Pertemuan informal itu dilakukan dengan Kementerian Perhubungan berkaitan dengan rencana Jawa Barat yang ingin memiliki pelabuhan sendiri. “Tentu masih panjang, ada sejumlah pertemuan yangh harus kita lakukan,” katanya.

Heryawan mengatakan, pemerintah Jawa Barat menganggap penting memililiki pelabuhan sendiri. Dia beralasan, 60 persen industri manufaktur Indonesia berada di wilayah Jawa Barat. “Oleh karenanya, Jawa Barat ketika memiliki pelabuhan sendiri itu menjadi tuntutan,” katanya.

Dengan memiliki pelabuhan sendiri, minimal bisa mendongkrak besaran APBD Jawa Barat. Kendati besarannya belum dihitung pastinya, pendapatan daerah bakal signifikan naiknya. “Ongkos trasnportasi (pengiriman barang lewat laut) menjadi lebih murah,” katanya.

Sehari sebelumnya, Kepala Dinas Perhubungan Jawa Barat Dicky Saromi mengatakan, pemerintah Jawa Barat membutuhkan kepastian posisi pelabuhan Cilamaya nantinya. “Target kita harus tahu positioning-nya dulu,” katanya.

Soal posisi pelabuhan itu nanti masih menunggu hasil studi yang dilakukan oleh Kementerian Pelabuhan mengenai tatanan kepelabuhan di Indonesia. Studi itu mengenai itu tengah dilakukan kementrian mengenai Master Plan pengembangan pelabuhan di Teluk Jakarta yang didanani JICA. Juli ini diperkirakan studi itu rampung.

AHMAD FIKRI 


Sumber :

http://www.tempointeraktif.com/hg/bandung/2010/04/29/brk,20100429-244340,id.html

29 April 2010




10 Kabupaten Sangat Layak Dimekarkan

Wakil Gubernur Jawa Barat Dede Yusuf mengangkat lagi usulan pemekaran
daerah di 10 kabupaten di Jawa Barat. Dia menyatakan,pemekaran 10 daerah itu sudah sangat
mendesak. Dede mengatakan, dibanding Jateng dan Jatim,jumlah daerah otonom di Jabar
yang hanya 26 kabupaten/kota sangat kurang.Tidak ideal juga jika dirasiokan dengan jumlah
penduduk sekitar 42 juta jiwa. Jateng dengan penduduk 38 juta jiwa punya 36 kabupaten/ kota
sedangkan Jatim 39 juta penduduk punya 38 kabupaten/kota.

”Paling tidak, Jabar mesti punya 36 kabupaten/kota atau 10 daerah otonom baru dari saat ini
hanya 26 kabupaten/ kota. Sejumlah kabupaten di wilayah utara, tengah, dan selatan layak
dimekarkan karena berpenduduk padat dan wilayahnya luas,”ujarnya kepada wartawan di
Bandung, kemarin.

Menurut Dede, pemekaran di 10 daerah harus menjadi agenda prioritas mengingat banyak
daerah masih sangat tertinggal dalam pembangunan fisik maupun pembangunan manusia. Dia
tidak menyebutkan 10 daerah yang dimaksudnya.

Namun, sejauh ini, memang muncul wacana dan proses pemekaran wilayah setidaknya di 10
kabupaten di Jawa Barat antara lain :

1. Kabupaten Pangandaran yang ingin memisahkan diri dari Kabupaten Ciamis.

2. Kabupaten Garut Selatan dari Kabupaten Garut.

3. Kabupaten Cianjur Selatan dari Kabupaten Cianjur.

4. Kota Cipanas dari Kabupaten Cianjur.

5. Kabupaten Sukabumi Utara dari Kabupaten Sukabumi.

6. Kabupaten Jampang Mandiri yang ingin memisahkan diri dari Kabupaten
Sukabumi.

7. Kabupaten Bogor Barat dari Kabupaten Bogor.

8. Kabupaten Bekasi Utara dari Kabupaten Bekasi.

9. Kabupaten Cikampek dari Kabupaten Karawang

10. Kabupaten Subang Utara  dari Kabupaten Subang.

Belakangan,muncul pula wacana pemekaran Kabupaten Bandung Timur dan dan Lembaga
Pengelola Perkotaan di Kawasan Pendidikan Kecamatan Jatinangor,Kabupaten Sumedang.


Catatan:

Belakangan juga muncul wacana pembentukan Kabupaten Cirebon Timur dari Kabupaten Cirebon.


Sumber :

Harian Seputar Indonesia, Senin 23 Maret 2009, dalam :

http://www.ahmadheryawan.com/lintas-jabar/ekonomi-bisnis/2609-10-kabupaten-sangat-layak-dimekarkan.pdf




Program Kemitraan Pupuk Kujang Cikampek

Program Kemitraan

Implementasi dari Program Kemitraan adalah dengan cara memberikan pinjaman kredit lunak dengan bunga sekitar 6% pertahun, melakukan pembinaan manajerial dan pemasarannya. Sejak program kemitraan ini dilaksanakan PT Pupuk Kujang telah membina 2.235 Mitra Binaan dari berbagai sektor seperti pertanian, industri, perdagangan dan jasa. Dengan akumulasi dana yang disalurkan sampai akhir tahun 2007 sekitar Rp 50 milyar dan rata-rata besarnya penyaluran per tahun sekitar Rp 3,5 sampai 4 milyar. 

Berbeda dengan Bina Lingkungan, salah satu tugas Program Kemitraan adalah memberikan bantuan pinjaman kepada masyarakat dalam meningkatkan usaha yang telah berjalan. Jadi bantuan ini bukan diperuntukkan untuk usaha yang baru berdiri atau coba-coba.

Beberapa Mitra Binaan yang telah berhasil saat ini diantaranya adalah :

Industri Bola Sepak di Majalengka yang produknya telah diakui dan digunakan FIFA pada kompetisi-kompetisi dunia,
Model Pesawat terbang di Bogor yang produknya banyak dipesan para industri penerbangan lokal maupun Luar Negeri,
Industri minuman Jeruk Nipis di Kuningan,
Industri Batik Cirebon, Garut dan bordiran Tasikmalaya serta industri-industri lainnya.
[HOME | KEATAS]


Kemitraan dengan Kelompok Tani Padi

Dengan pertimbangan bahwa konsumen PT Pupuk Kujang terbesar adalah petani dan kegiatan industri di Karawang yang merupakan daerah lumbung padi maka manajemen PT Pupuk Kujang memberikan arahan bahwa penyaluran program kemitraan difokuskan pada sektor pertanian atau usaha yang bertalian dengan pertanian. Sedangkan untuk sektor lainnya dilakukan secara selektif dan fokusnya terutama untuk mitra binaan lanjutan. 

Tujuan utama program tersebut adalah membantu para petani melalui Kelompok-kelompok tani dalam permodalan usaha tani dan mendorong para petani untuk meningkatkan produktivitas pertanian melalui pemupukan berimbang. Mengingat keterbatasan dana Kemitraan maka pada tahap awal bantuan permodalan diberikan hanya untuk kegiatan on farm saja seperti untuk membeli saprodi (pupuk, benih dan pestisida) serta sedikit untuk biaya pengolahan tanah.

Pada tahun 2004 dilakukan pola kemitraan dengan Kelompok Tani Srimulya dan Sriasih di Desa Lemah Mulya, Kecamatan Majalaya, Kabupaten Karawang seluas 62 Ha sawah dengan anggota 40 petani.
Selama tahun 2005 dan 2006 jumlah kelompok tani yang dibina semakin banyak dan pada tahun 2007 program ini lebih diperluas dengan total dana yang dipinjamkan sekitar Rp 6 milyar untuk luas garapan sawah sekitar 1.431 Ha, yang dikelola oleh 38 kelompok tani dengan jumlah petani sekitar 1200 orang.

Untuk menghindari kendala terjadinya kredit yang macet, maka dalam penyaluran pola kemitraan ke sektor pertanian dilakukan secara selektif yaitu dengan cara :
1) Koordinasi dengan dinas terkait (PPL, UPTD, Desa, Dinas Pertanian) untuk menentukan Kel. Tani.
2) Pemilihan anggota kelompok oleh Ketua Kelompok dan sosialisasi di setiap kelompok yang dihadiri Pupuk Kujang dan dinas terkait.
3) Penyusunan RDKK oleh pengurus kelompok didampingi petugas setempat dan diketahui oleh Kep. Desa dan Camat.
4) Penandatanganan akad kredit disertai agunan yang diikat secara notariat (catatan : hal ini selain untuk menunjukkan kesungguhan para petani juga untuk meyakinkan ke Kelompok bahwa program kemitaraan merupakan dana bergulir)


Cara Pembinaan

Pembinaan atas kelompok tani ini dilakukan melalui :

Kerjasama dengan PPL setempat dalam hal budidaya pertanian 
Program peningkatan SDM dengan diberikan pelatihan/penyuluhan hama penyakit yang bekerjasama dengan Jurusan Pertanian UNPAD
Studi banding dengan kelompok tani binaan PT Sang Hyang Seri

Adapun manfaat pola kemitraan diatas adalah :

- Untuk Kelompok Tani :
Penggunaan saprodi tepat waktu sehingga jadwal tanam tidak terlambat
Penggunaan pupuk berimbang sehingga meningkatkan produksi gabah sekitar 30 – 40 %
Memperoleh pembinaan dan penyuluhan secara gratis dalam bidang pertanian
Memperoleh bantuan Biaya Produksi Pertanian sehingga bebas ijon

- Untuk PT Pupuk Kujang :
Memberikan bantuan timbal balik terhadap konsumen pupuk, yaitu petani yang merupakan bisnis inti perusahaan
Membantu pemerintah dalam meningkatkan produktivitas pertanian
Penyaluran dana kemitraan dapat bergulir dengan mengurangi tingkat kemacetan, sehingga dapat meningkatkan performance perusahaan

Kendala :

Meskipun tingkat pengembalian pinjaman lebih baik, namun masih ada beberapa kelompok tani yang terlambat mengembalikan cicilan pinjaman dikarenakan terkena musibah serangan hama dan penyakit, untuk ini diberikan kelongaran dengan cara mencicil 3 sampai 4 musim tanam dan tetap diberikan pinjaman berikutnya agar tetap bisa mengolah sawahnya.
Hampir sebagian besar sawah milik petani tidak memiliki sertifikat (hanya dilengkapi girik). Hal ini menyulitkan dalam proses agunan yang disyaratkan Notaris.
Para petani saat ini masih kesulitan dalam menjual hasil produksinya secara maksimal. Idealnya bantuan untuk off farm ini harus dilakukan pula oleh BUMN yang permodalannya kuat sehingga para petani tidak secara terpaksa menjual hasil produksinya kepada para tengkulak.
Seperti kita ketahui bersama bahwa margin yang paling besar diperoleh dari proses pengolahan gabah menjadi beras.


Suember:

http://www.pupuk-kujang.co.id/allmenu=1.php?idn=3

Kabupaten Cikampek, Bukan Solusi!

Membaca berita yang dilansir oleh Harian Radar Karawang tentang wacana pembentukan Kabupaten Cikampek membuat saya merasa perlu untuk membuat tulisan ini, selain karena saya juga warga Karawang yang mempunyai hak untuk menanggapi isu semacam ini juga karena isu perpecahan adalah sebuah persoalan yang sangat sensitif untuk dibiarkan berkembang dimasyarakat.

Menurut keterangan yang saya dapat, Kabupaten Cikampek yang nantinya diusulkan adalah meliputi Karawang bagian timur yang terdiri dari Kecamatan Cikampek, Kota Baru, Tirtamulya, Purwasari, Jatisari, Banyusari, Cilamaya Wetan, Cilamaya Kulon dan Lemahabang.

Ada beberapa hal yang tentunya perlu dikaji oleh mereka yang memiliki usulan ini diantaranya kajian historis Karawang.

Secara historis Karawang dahulu kala merupakan lokasi yang dijadikan pusat logistik oleh Mataram dalam rangka mengusir VOC (Belanda) yang berada di Batavia (Jakarta). Mataram kala itu dibawah pimpinan Sultan Agung (1613-1345). Dan pada periode itu dimunculkanlah Bupati pertama Karawang bernama Raden Singaperbangsa, yang memerintah pada tahun 1633-1677. Pada periode itu, Karawang meliputi juga Purwakarta, Subang dan Bekasi. 

Pembangunan pusat logistik pada masa Mataram itulah yang menjadikan Karawang hingga kini sebagai salah satu lumbung padinya Jawa Barat bahkan Indonesia. Maka itulah Karawang mendapatkan julukan sebagai Kota padi, selain sebutan lainnya yakni Kota Pangkal Perjuangan dan Kota Industri.

Julukan sebagai kota pangkal perjuangan dilatarbelakangi dua peristiwa besar, pertama penentuan Karawang sebagai titik awal serangan Mataram ke Batavia oleh Sultan Agung dan yang kedua adalah dijadikannya Karawang sebagai lokasi untuk membulatkan tekad proklamasi RI, tepatnya di Rengasdengklok, dimana Soekarno diamankan oleh para pemuda dan didalam peristiwa itu tercapai kebulatan tekad untuk memproklamasikan kemerdekan RI kesoakan harinya, peristiwa itu kemudian kita kenal dengan Peristiwa rengasdengklok 16 Agustus 1945.

Lalu, julukan sebagai kota Industri beranjak dari kawasan Industri yang digadang-gadang sebagai yang terbesar di Asia Tenggara. Yang terbentang dari bagian pinggir Karawang Barat hingga Karawang Timur.

Adanya isu dan usaha pemisahan diri dari Karawang Bagian Timur (Cikampek dan sekitarnya) dewasa ini oleh beberapa kalangan menjadi hal yang bukan barang baru. Mengingat jauh sebelumnya Subang, Purwakarta dan Bekasi juga telah melepaskan diri dari Karawang. Lalu, ada juga Rengasdengklok yang hendak memisahkan diri namun pada kenyataannya hingga kini belum terealisasi.

Isu pemekaran dalam konteks nasional memang menjadi isu yang sangat sering muncul, apalagi menjelang hajatan besar seperti pemilu, yang terdekat adalah isu akan dibentuknya provinsi Pantura beberapa waktu lalu.

Kabupaten Karawang yang saat ini memiliki luas 1. 753,27 km2 merupakan wilayah dengan luas yang tidak seberapa bila dibandingkan dengan beberapa kabupaten di Jawa Barat bahkan Indonesia.

Adanya usaha dari sejumlah kalangan terutama dari LSM Madani dan Forum Komunikasi Masyarakat Cikampek (FKMC) untuk memenuhi persyaratan pembentukan kabupaten baru tersebut yang dikabarkan sudah berlangsung selama satu tahun kebelakang mengundang banyak pertanyaan. Untuk apa? Atas nama siapa?

Saya, yang juga warga kabupaten Karawang yang bermukim disalah satu kecamatan yang diproyeksikan akan menjadi bagian dari Kabupaten Cikampek tersebut pada hakekatnya tidak sepakat dengan pemekaran tersebut, saya menilai wilayah Karawang yang ada sekarang sudah cukup baik untuk sebuah pemerintahan daerah, memiliki potensi yang saling melengkapi dimana potensi pertanian, industri, pantai dan laut serta daerah pegunungan di kawasan Loji ditambah pusat perdagangan dibeberapa titik sentral seperti Johar, Karawang Kota juga Cikampek adalah satu kesatuan yang saling melengkapi.

Adapun persoalan yang harus diatasi di Karawang adalah persoalan mengelola potensi yang sudah ada tersebut, adanya perpecahan bukanlah sebuah solusi, senyatanya harus adanya kerjasama yang baik antara berbagai elemen, baik dari pemerintah kabupaten (bupati dan jajarannya), DPRD, aparat kepolisian, LSM, kalangan pendidikan, dan seluruh elemen masyarakat lainnya.

Kita sama-sama bisa mengetahui bahwa potensi pertanian Karawang belumlah dimaksimalkan secara nyata untuk kesejahteraan masyarakat Karawang sendiri, petani seringkali dihadapkan pada berbagai kesulitan, terutama dalam menjual hasil tanamnya secara maksimal, permainan harga memaksa petani mendapatkan keuntungan yang tidak bisa mengangkat kesejahteraan mereka. Begitupun nelayan di Karawang bagian utara. Adapun adanya lokalisasi industri di Karawang yang cukup besar belum bisa mengatasi jumlah pengangguran di Karawang secara signifikan. Lalu, potensi wisata dan cagar budaya pun banyak yang terabaikan, contoh konkretnya adalah Monumen Kebulatan Tekad di Rengas Dengklok dan Candi di Cibuaya dan Batujaya yang diterlantarkan. Dalam banyak kasus ini, siapa yang sebenarnya harus dipersalahkan? Pemerintah, DPRD, aktivis (LSM dkk) atau masyarakat secara umum? Jawabannya tentu saja ada pada semua elemen yang ada di Karawang.

Dalam menghadapi berbagai persoalan yang ada, seyogyanya seperti yang sudah saya singgung sebelumnya, semua elemen duduk bareng, membicarakan semua persoalan serta mencari pemecahan atau solusinya. Jangan sampai isu pemekaran ini hanya didasari kepentingan dari beberapa orang yang hendak menjadikan isu ini sebagai komoditas politik semata atau bahkan dalam rangka mendapatkan kedudukan dalam pemerintahan yang baru. Semoga anggapan ini tidak benar.

Deni Andriana

Sumber:

http://deniborin.multiply.com/journal/item/78/Kabupaten_Cikampek_Bukan_Solusi

18 Maret 2008




Yang Besar dan Murah Dari Cikampek Utara


Berjarak tidak jauh dari Stasion Kereta Cikampek, di Kecamatan Kota Baru, tepatnya di Desa Cikampek Utara terdapat sebuah kampung bernama Mekar Jaya. Disana ,Anda akan menemukan sebuah gang yang dibagian depannya terdapat sebuah gapura bertuliskan “Sentra Industri Kecil Pengrajin Boneka.” Apa yang kemudian akan ditemukan disana?

Memasuki gang kecil itu, bagi Anda yang belum pernah berkunjung, dipastikan akan takjub. Karena, di kanan dan kiri Anda akan melihat rumah-rumah penduduk yang dibagian depan dan dalamnya terdapat orang-orang yang sedang membuat boneka. Pemandangan itu akan Anda dapatkan hingga ke pelosok gang.

Layaknya para peserta sebuah lomba yang dibagi kedalam ruang-ruang perlombaan, itulah aktivitas warga kampung tersebut. Hampir semuanya adalah pengrajin boneka. Dengan serta merta kebanyakan rumah mereka disulap menjadi bengkel atau pabrik pembuatan boneka (home industri). Maka, berdasarkan hal tersebut tidak salah kalau kawasan ini mendapat predikat sebagai Sentra Pengrajin Boneka atau Pusat Pengrajin Boneka Cikampek Utara.

Sesuai penelusuran KarIn di lapangan, keberadaan Sentra Pengrajin ini, dimulai dari usaha seorang warga bernama Epong Carsipan di tahun 80-an. Ia, adalah orang yang pertama kali memproduksi boneka disana, hingga akhirnya diikuti oleh warga lainnya yang sebelumnya menjadi pekerjanya. Lebih lanjut silahkan simak di rubrik Inspirasi Warga : ‘Sang Pelopor Itu Bernama Epong Carsipan.’

Menurut keterangan warga disana, setidaknya terdapat 50 rumah lebih dijadikan sebagai tempat produksi boneka. Rata-rata disetiap rumah terdapat 10 orang pengrajin, dimana mereka kebanyakan adalah warga asli kampung tersebut, baik itu sanak keluarga, tentangga, bahkan ada juga warga luar, baik yang masih dari Karawang maupun luar Karawang.

Murni kerajinan tangan dan hanya dibantu dengan mesin jahit yang standar, itulah ciri khas produksi boneka disana. Kerapihan dan ketelitian serta sentuhan pembuatnya yang dengan penuh perasaan mencipta karya itulah yang menjadi hal menarik lainnya.

Kembali kebagian depan gang, terdapat sekitar 10 penampung boneka atau distributor, yang siap menyalurkan atau memasarkan hasil kerajinan warga tersebut. Rata-rata, distributor ini juga merupakan warga kampung sana.

Menurut keterangan seorang distributor yang KarIn temui, boneka-boneka hasil kerajinan warga ini disalurkan ke berbagai daerah terutama di luar Karawang, seperti Jawa Timur, jawa Tengah, Kalimantan, Sumatera dan berbagai daerah lainnya diluar Jawa.

“Kalau kita pemasaran ini kebanyakan dari luar daerah. Sistem pembeliannya, mereka tranfer terus kami kirim barang. Mereka order barang dulu,” ujar Nurul Hayat salah seorang distributor.

Nurul mengungkapkan lebih lanjut, jika pemasaran boneka dari Cikampek Utara ini tidak melalui promosi langsung seperti halnya yang dilakukan oleh industri besar. Para distributor lokal ini hanya mengandalkan koneksi atau kenalan yang ada. Mengingat, dikalangan pedagang dari luar atau distributor luar pun memang sudah mengetahui keberadaan Sentra Pengrajin ini. Sehingga, para pembeli itu sendirilah yang biasanya datang ke para distributor lokal yang mejembatani antara pengrajin dan pembeli. Selain bertindak sebagai penyalur, distributor lokal ini pun sering juga bertindak sebagai pemberi pinjaman modal bagi para pengrajin, terutama dalam hal bahan baku.

Mengenai produk unggulan atau kualitas yang ditawarkan dari boneka-boneka produksi warga ini, berdasarkan pendapat kebanyakan konsumen, Nurul mengatakan, “Kata si pembeli luar daerah sih : besar, murah itu khusus Cikampek sini. Kan sentra boneka itu ada di Cikampek Utara (Kota Baru), Bandung, Bogor dan Bekasi, nah kalo disini yang terkenalnya itu tadi : besar, murah meriah, untuk menengah kebawah pasarannya, dibawah 100 rebu untuk yang paling besar. Kalo untuk menengah keatas kan ada lagi jenisnya,” tegas Nurul yang diamini seorang pengrajin yang tengah berada di tokonya, ketika KarIn menginterviewnya.

Sejauh ini, sekitar 100 jenis boneka telah dihasilkan oleh pengrajin di sentra ini. Adapun yang menjadi primadona adalah boneka jenis panda. Selain karena ukurannya besar, juga karena harganya murah, dan lebih dari itu jenis panda inilah jenis yang pertamakali dibuat dioleh pengrajin di Mekar Jaya ini. Besar dan murah itulah yang memang kemudian benar-benar menjadi ciri khas boneka disana.

***

Keberadaan Sentra Pengrajin Boneka ini, setidaknya telah menghidupi ratusan warga kampung tersebut. Bukan hanya yang menjadi pengarajin, tapi juga yang bertindak sebagai distributor. Ini menjadi sebuah solusi, yang memang sudah harusnya dikembangkan di daerah lainnya khususnya di Karawang. Sebuah solusi untuk menciptakan lapangan kerja dan mengatasi persoalan pengangguran, ditengah industri-industri besar yang tidak serta merata diisi oleh pekerja dari penduduk lokal. (Deni Andriana)


Sumber:

Deni Andriana

http://www.karawanginfo.com/?p=800

15 Januari 2009